
Gelar Diskusi, GPMI Minta Pemerintah Bersikap Tegas Bela Palestina dan Mengecam Tindakan Genosida yang Dilakukan Israel
Komeringonline, Jakarta – Berbicara tentang konflik yang terjadi pada Israel dan Palestina memang semakin lama semakin mencuat. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Israel telah membuat kehebohan pada kacamata dunia terlebih telah mencapai pada level genosida yang sudah membuat banyak masyarakat sipil Palestina menjadi korban terdampak konflik ini.
Untuk menindaklanjuti itu maka GPMI mengadakan diskusi kemanusiaan yang bertema “All Eyes on Palestine: Sikap Indonesia Atas Genosida yang Dilakukan Israel Terhadap Palestina” (08/06/2024). Diskusi ini merupakan bentuk gerakan akademis untuk mendukung palestina dalam konfliknya dengan Israel. Acara ini dihadiri oleh Ketua YLBHI Muhammad Isnur, Koordinator Presidium National Youth Congress Riyan Hidayat, dan Treasurer Syahid MUN Club Salvia Neysa Syakira.
Ketua Umum GPMI menyampaikan dalam pembukaan diskusi tersebut bahwa “Dengan hadirnya diskusi ini, saya berharap hal ini mampu memberikan pemahaman yang kompleks dalam bingkai akademis atas konflik palestina dan israel. Saya berharap opini pemuda-pemuda memiliki nilai akademis, dan berlandaskan data yang valid.” Ujar Tonico Angga (Ketua Umum GPMI).
Tonico berharap pemerintah Indonesia bertindak tegas dan mengecam keras tindak jahat Istrael. Serta pemerintah dapat memberikan dukungan penuh terhadap saudara di Palestina.
“Pemerintah harus ambil sikap tegas mengecam tindakan jahat israel yakni genosida. pemerintah juga harus memberikan dukungan penuh terhadap Palestina.” Lanjutnya
Variabel pembahasan yang beragam membentuk satu kacamata bijaksana untuk melihat realitas konflik yang terjadi di tanah palestina. Sudut pandang historikal menyusun narasi perihal sejak kapan konflik ini ada. Aspek agraria berbicara tentang perebutan wilayah antara israel dan palestina. Hukum Internasioanal menyoroti hak apa saja yang harus palestina dapati dan kewajiban bagaimana yang harus israel penuhi. Namun, sisi kemanusiaan berkata lain, banyak korban jiwa berjatuhan, tidak sedikit anak-anak dan perempuan terdampak konflik ini. Sampai kapan peristiwa berdarah ini akan berlangsung, apakah hingga darah itu sendiri tiada?
Peristiwa Palestina dan Israel telah menarik atensi dunia. Negara-negara yang tergabung dalam PBB ikut menyuarakan hal tersebut, ada 144 negara yang mengakui Palestina merdeka dari 193 negara di dunia. Namun, usaha tersebut tidak usai sampai itu saja. Terdapat negara-negara yang tidak sepakat dengan kemerdekaan palestina. Mereka mengatakan bahwa serangan hamas kepada israel merupakan bentuk terorisme. Sehingga Palestina a.k.a Hamas harus dimusnahkan. Joe biden selaku Presiden Amerika serikat mengatakan hal yang senada. Dalam pidatonya, ia membela tindakan PM Israel Benyamin Netanyahu. Tindakan ini merupakan bentuk preventif Israel dalam melindungi rakyatnya. Hal demikian menjadi statement pendukung tindakan israel terhadap palestina.
Ujar Muhammad Isnur, selaku Ketua Umum YLBHI, “Ada negara pemegang hak veto yang terdiri dari Amerika Serikat, China, Prancis, Russia, dan Inggris. Pada resolusi tentang gencatan senjata genosida di PBB, ada negara pemegang hak veto yang tidak menyetujui resolusi tersebut, sehingga PBB tidak bisa mengadopsi resolusi tersebut.” Berdasarkan hal tersebut, memang untuk mengadopsi suatu resolusi di PBB terlebih di Dewan Keamanan PBB, ada regulasi yang telah diterapkan.
Tentu sebagai pemuda perlu adanya pemahaman mengenai hal ini, sehingga tindakan lanjutan yang bisa dilakukan sebagai masyarakat Indonesia terlebih pemuda, salah satu narasumber menyoroti hal-hal krusial yang harus diperhatikan. “Berdasarkan pengalaman saya yang telah saya pelajari sebelum mengikuti kompetisi MUN (Model United Nations), kita sebagai pemuda harus memperhatikan 3 hal yang harus diperhatikan, pertama, capacity building, kedua, funding, dan yang terakhir adalah raising awareness.” Ungkap Salvia Neysa Syakira selaku Treasurer of Syahid MUN Club.
“Sebagai pemuda seharusnya sadar akan kejahatan genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina, hal ini bukan hanya isu agama, melainkan juga isu kemanusiaan. Kita harus berperan aktif mendukung kemerdekaan Palestina.” Ungkap Riyan Hidayat selaku Koordinator Presidium National Youth Congress.
“GPMI sebagai poros penggerak pemuda mengajak semua lini masyarakat untuk ikut serta dalam gerakan sosial, gerakan akademis, dan gerakan ekonomi untuk membela palestina. Konsistensi masyarakat dalam gerakan tersebut merupakan bentuk spirit pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa semua penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Tutup Tonico dalam closing statement-nya.