ASAL USUL MASYARAKAT KOMERING : Bedasarkan legenda, Daerah Asal Suku Komering
ASAL USUL MASYARAKAT KOMERING
- Bedasarkan legenda, DAERAH ASAL SUKU KOMERING
Dahulu didaerah Pegunungan Perbatasan Burma / Siam ( Thailand ) hidup berdampingan secara damai antara beberapa suku yakni suku Melayu Kuno, Igorot , Ranau, Toraja, dan lain – lain . Suku Komering berada ditengah-tengah suku lainnya namun ia mampu mempertahankan identitasnya terutama pada alat komunikasi yaitu bahasa, bahasa Komering sementara pengamat menyatakan banyak kesamaan dengan bahasa Batak, yang ceritanya antara 2 suku tersebut sering bercanda untuk menyatakan siapa yang tertua diantara Nenek Moyang mereka yang bersaudara.
Suku Batak adalah bagian dari Melayu Kono yang mendiami pergunungan perbatasan Burma / Siam ( Thailand ). Selain suku Melayu Kono juga adanya suku IGOROT, Ranau, Toraja dan lain-lain . Semua suku yang menghuni pegunungan Siam, menolak segala hubungan dengan dunia luar. Kemudian sekitar tahun 1000 sebelum Masehi Bangsa Mongol memperluas daerah sampai ke sungai Mekong.dengan demikian suku – suku yang berada di pegunungan Siam merasa terdesak dan memberanikan diri pergi menyeberangi lautan, di antara suku tersebut adalah suku ranau yang mendarat di Sumatera Selatan dan berkurung disekitar Danau Ranau ± 2500 tahun. Sedangkan Suku Batak mendarat di Pantai Barat Andalas, lalu kemudian Suku Batak dan terpencar di Pulau Andalas ( Sumatera ), tulisan suku Ranau hampir sama dengan tulisan Batak, sedangkan Bahasa Batak logatnya hampir dengan Bahasa Igorot ( Philipina ).
Pada saat itu terjadi perpindahan besar besaran dari daratan Asia ke Daerah Nusantara.Suku Bangsa Melayu Kuno ( India Selatan ) dalam pengungsianya bergerak menyeberangi laut Andaman, kemudian berpencar dalam beberapa kelompok, diantaranya ada yang sampai di ujung Utara Sumatera, yang terpecah menjadi Batak Karo, Toba, Dairi dan Alas, sedang kelompok lainya berlayar ke pantai barat dan menuju ke ujung Selatan sementara, tepatnya di daerah Keroi dan menyebar di daerah pegunungan, ada yang menetap di Bukit Pasagi dan juga di gunung Seminung. Kemudian ketiganya berkembang berasimilasi dengan penduduk asli yang lebih dahulu mendiami sekitar gunung Seminung tersebut, sehingga timbulah Ras baru, diantaranya : Komering, Ranau, Daya, Lampung. Pada waktu itu kepercayaan mereka adalah Animisme, dalam perkembangannya, mereka meminta kekuatan gaib dan kesaktian dengan melakukan Pertapaan di bukit Pasagi dan Gunung Seminung, kemudian mereka menyebar disekitar Danau Ranau dan mendirikan perkampungan yang bernama SAKALA BERAK, Sakala berarti Penjelmaan / titisan, sedang kata berak berarti Besar / lebar, dalam Bahasa Komering sekarang. jadi SAKALA BHRA artinya Titisan atau Penjelmaan Dewa dari Gunung Seminung. Anggapan demikian dapat dilihat pada persamaan bagi Sesepuh dengan istilah PU –HYANG (Puhyang ) berarti Tuanku Barasal Dari Dewa wangsa Sakala Bhra sebagai “ MULAN “ mulan bearti generasi yang kemudian. ( Pak Sipak ). Jadi Suku Komering asimilasi antara penduduk asli Gunung Seminung dengan pendatang dari Suku melayu kuno.
- ASAL MULA NAMA KOMERING
Menurut informasi penduduk dan cerita orang tua –tua setempat, Komering berasal dari bahasa India yang berarti PINANG,kerena sebelum abad ke IX daerah ini marak dengan perdagangan buah pinang, dengan pedagang dari India, sebagai bahan rempah – rempah.diantara jenis rempah lainya sebagai juragan Pinang.Kemudian juragan pinang yang berasal dari India tersebut dimakamkan di dekat pertemuan sungai Selabung dan Waisaka, di hulu Kota Muara Dua. Dari tempat makam tersebut mengalir sungai sampai Ke muara ( Minanga ), sehingga mulai saat itu semua penghuni di sepanjang pinggiran sungai tersebut dinamakan Orang Komering dan daerahnya dinamakan Daerah Komering. Setelah terjadinya perubahan geografis karena peristiwa alam, Muara Sungai Komering ( Minanga sekarang ) terjadi pendangkalan sepanjang 125M pertahun kearah Bangka. Sebelum abad ke VIII Minanga masih berada di tepi pantai / muara sungai komering.Setelah terjadi pendangkalan aliran sungai Komering terpecah menjadi 2 cabang sungai mulai dari Minanga kearah hulu sekitar 20 km tepatnya di Rasuan lama. 2 aliran tersebut :
- Aliran sungai yang lama menyempit disebelah timur sampai diminanga dan rawa / lebak ( Bekas Lautan Purba).
- Aliran sungai yang baru di sebelah Barat mengalir ke daerah Tobong, Plaju dan bermuara di Musi, kepada mereka yang menghuni aliran sungai Komering yang baru disebut orang Komering Ilir, walaupun kebanyakan dari mereka bukan penduduk yang berbudaya Komering, sedangkan di bagian hulu sungai Komering mulai dari Selabung sampai ke Ranau penduduknya tidak mau disebut orang komering, karena mereka tidak tinggal dipinggiran sungai Komering, mereka menaman dirinya “ JELMA DAYA “ yang berarti ( aktif,dinamis ) tapi mereka pendukung Budaya Komering ( Y.W.Van Royan 1927 ).
- Sepanjang aliran sungai Komering dari Hulu ( Muara Dua ) sampai dengan Gunung Batu dan juga yang tidak disekitar sungai Komering penduduknya terbagi menjadi 2 Kewedanaan yaitu :
- Kewedanaan Muara Dua Beribukota di Muara Dua.
- Kewedanaan Komering Beribukota di Martapura.
Komering adalah pendukung budaya Seminung yang mendiami tepian sungai komering mulai dari Batu Raja Bungin sampai dengan Gunung Batu, dan ada juga yang mendiami daratan yang agak jauh dari pinggiran ungai Komering.Sesuai dengan pemekaran desa / dusunya masing – masing, khusus penduduk yang pendatang bersal dari berbagai daerah = ada yang dari :Batak, Padang, Jawa, Sunda, Ogan dll.
Kebanyakan masyarakat pendatang mendiami daratan dan aliran sungai buatan / bendungan peninggalan zaman Belanda, yang sekarang tetap di renovasi dan dikembangkan masyarakat OKU TIMUR dengan sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, yang sekarang menggunakan teknologi pertanian yang lebih baik, terbukti dengan sebutan lumbung pangan Sumatera Selatan. Di bidang Kebudayaan; Masyarakat OKU TIMUR terdiri dari beberapa etnis, maka Seni Budaya pun bermacam – macam, meskipun demikian kebudayaan asli masih tetap lestari di tengah – tengah masyarakat pendukungnya yaitu Adat Budaya Komering.
PUHYANG / RUMPUN SAKALA BHRA .
Sebagaimana dijelaskan dalam asal – usul suku komering SAKALA BHRA berarti Titisan / Jelmaan Dewa dari Gunung Seminung, yang sIstem pemberian nama bagi sesepuh atau leluhur disebut Pu – Hyang, berarti tuanku berasal dari Dewa ( dokumentasi Pemda OKU tahun 1979 ) didapat cerita asal – usul berdirinya marga – marga yang menyebar dan adanya 7 Kepuhyangan di sepanjang aliran Sungai Komering.
Pertama kali sekelompok suku dari pegunungan Muaradua ingin mencari tempat – tempat yang dapat memberikan jaminan kehidupan, kemudian bergeraklah mereka menelusuri sungai Komering kearah utara atau hilir dengan menggunakan rakit, dengan berbahasa Komering lama yang disebut (SAMANDA) jadi Samanda adalah Bahasa Komering lama.
Kelompok pertama yang pergi turun gunung adalah kelompok Semendawai. Kata Semendawai berasal dari kata SAMANDA di WAY yang berarti menelusuri sungai dari hulu, terakhir mendarat dimuara ( Minanga ) kemudian mereka berpencar mencari tempat – tempat strategis untuk menetap dan mendirikan 7 ke Puhyangan diantaranya:
- Puhyangan Ratu Sabibul pendiri daerah Gunung Batu, gunung batu berarti ( Manusia Gunung ).
- Puhyang Kai Patih Kandi pendiri daerah Maluway ( Maluway / Manduway ) berarti petunjuk arah.
- Puhyang Minak Ratu Damang Bing pendiri daerah Minanga ( Muara )
Kemudian menyusul kelompok ke 2 ( dua ) yang turun gunung adalah :
- Puhyang Umpu Sipandang pendiri daerah Gunung Terang yang berarti orang gunung menempati tempat yang terang ( Padang rumput ). Dalam kegiatannya mereka membuka lahan padang rumput yang luas, kegiatan tersebut dinamakan MADANG
- Puhyang Minak Adi Pati, pendiri daerah Pemuka Peliung. Kegemaran Puhyang tersebut membawa (PELIUNG) sejenis Kampak. Sehingga daerah ini dinamakan Pemuka Peliung ( sekitar ± abad ke 13 pernah terjadi perang Abung )setelah perang abung, berakhir adanya kepuhyangan baru yaitu:
- Puhyang Ratu Penghulu, pendiri daerah Banton.
- Puhyang Umpu Ratu, pendiri daerah Pulau Negara.
- Puhyang Jati Keramat, pendiri daerah Bunga Mayang, bunga mayang berasal dari nama Permaisurinya yang keluar / datang dari Bunga Mayang Pinang ( Peri Bunga Pinang ).
- Puhyang Sibala Kuang / Puhyang DAYA,pendiri daerah Mahanggin terdiri dari Sandang, Rawan, Rujung, Kiti, Lengkayap dll. Nama marga / kepuhyangan ini menggunakan nama BHU WAY / KEBHUAYAN merupakan istilah yang dibawa orang Sakala Bhra baru, ( generasi Paksipak atau penerus Sakala Bhra ) setelah pengusiran orang – orang abung dari daerah Komering . Dari ke 7 puhyang yang mendiami sekitar sungai Komering masing – masing berdiri sendiri yang dipimpin oleh seseorang sesepuh disebut puhyang. (sumber:http://badanpariwisataokutimur.blogspot.com/)