
Cerpen : Dari Mata -Part 2
Komline,
Dia? Naik bus? Kenapa dia disana naiknya?
Ini kan akan sampai di tol keluar?
Apa dia begitu sibuk dengan kerjaannya?
Aku melihat dia begitu lelah.
Dia duduk didepan sana.
Aku melihat dia.
Aku tidak bisa memejamkan mata ku lagi.
Aku tidak bisa.
Aku tidak bisa tidur.
Atau tidak ingin tidur?
Ada dia?
Perjalanan bis ini menjadi indah dan begitu indah.
—
Saat dia disini, aku merasa jantungku berdetak lebih kencang 90 kali lipat.
Aku tidak mengerti mengapa semua perasaan ini hanya tertuju pada dia.
Pagi ini, seperti biasa aku selalu menunggunya di pintu masuk bus.
Beruntung aku duduk dekat dengan pintu masuk bus.
Jadi…
Ada atau tidaknya dia, aku bisa tahu.
Perjalanan pun di lanjutkan pada halte selanjutnya.
Aku merasa lebih semangat dari hari-hari kemarin, dan aku menyadari bahwa itu adalah cinta.
Kau tidak akan pernah mengerti bagaimana cinta datang. Tapi inilah yang dinamakan cinta.
Bis sudah sampai pada halte selanjutnya. Halte dimana dia naik bis.
Jantung ku lagi-lagi tidak karuan
Dan akhirnya yang ditunggu pun datang.
Dia, datang.
Perjalanan bis ini serasa begitu indah, sampai aku tidak bisa untuk tidur. Aku mengerti dengan perasaan ini.
Bahkan pada hati ini.
Aku begitu takut dengan perasaan ini.
—
Tiap kali saat di kantor terlintas di benak ku tentang dia.
Apakah dia juga memiliki perasaan yang sama?
Ataukah..
Sore ini, adalah yang paling ditunggu. Karena sore ini adalah waktu jam pulang kantor.
Aku merasa sangat bahagia.
Dia masih disana.
Dan aku begitu tenang meski kita tidak duduk bersama.
Perjalanan yang melelahkan sekaligus menyenangkan.
Awan-awan juga terlihat begitu indah.
Semoga aku selalu bisa melihatnya.
Saatnya turun…
Aku berharap aku bisa melihat wajah itu.
Aku mulai bergerak dan bangun dari tempat duduk ku.
Aku melihat dia, tapi wajahnya tidak seperti biasanya.
Dia terlihat…
Murung.
Kenapa?
—
Yeeeeee. Ketemu pagi lagi. Aku berharap aku bisa melihat wajahnya lagi.
Aku begitu bahagia hari ini.
Seperti biasa. Aku selalu duduk di dekat pintu masuk hehe
Agar bisa melihat dia.
1 menit lagi sampai halte dimana dia naik. Ahh jantungku lagi-lagi…
Ahh. Aku masih bisa melihatnya. Dengan mataku.
Dan dia pun melihatku.
Dia duduk di tempat sebelah ku? Dipinggir?
Ahh… Aku bahkan bisa melihatnya begitu dekat dan seperti biasa aku tidak bisa tidur.
Tapi… Dia bisa tidur Haha.
Yasudah, dengan begini aku bisa melihatnya lebih lama.
Eh tiba-tiba bapak koordinator bus menyapa dia dan membicarakan sesuatu. Tapi apa?
Berhubung Bu Desi duduk didepan ku dan bersebelahan dengan bapak koordinator, jadi aku bisa tau apa yang mereka bicarakan.
Sepulang nanti aku ingin menanyakan pada Bu Des!
—
Soree lagiiii. Yeee pulangggggg!
Aku harus menanyakan hal tadi pagi dan apa yang mereka bicarakan.
Haha
Oca: Ibu Des, ibu Des.. tau nggak..
Ibu Desi: eh oca tau ngga, si itu bakalan ngekost. Tadi dengan ibu Desi pembicaraan bapak koordinator bus sama si itu.
Oca: apa?
Rasanya aku begitu sedih mendengar hal itu. Dia tidak naik bus dan memilih untuk nge-kost?
Kenapa..
Apa dia terlalu lelah karena bekerja seharian dan selalu pulang telat?
Memang sih.. terkadang aku jarang melihat dia naik bus pada waktu jemputan sore.
Tapi..
Tetap aku begitu sedih.
Aku tidak bisa melihat matanya lagi.
Oh Tuhan. Jika memang itu pilihannya. Berikan yang terbaik untuknya. Dan jaga dia.
—
Pagi ini. Aku sudah yakin dia tidak akan menaiki bus lagi.
Aku baru 1 bulan merasakan perasaan ini, tapi sudah seperti 1 tahun.
Tapi aku selalu berharap jika dia akan menaiki bus walaupun itu hanya sekali.
Agar aku bisa melihat matanya.
Dan bahagia seperti kemarin.
End.
Dia? Naik bus? Kenapa dia disana naiknya?
Ini kan akan sampai di tol keluar?
Apa dia begitu sibuk dengan kerjaannya?
Aku melihat dia begitu lelah.
Dia duduk didepan sana.
Aku melihat dia.
Aku tidak bisa memejamkan mata ku lagi.
Aku tidak bisa.
Aku tidak bisa tidur.
Atau tidak ingin tidur?
Ada dia?
Perjalanan bis ini menjadi indah dan begitu indah.
—
Saat dia disini, aku merasa jantungku berdetak lebih kencang 90 kali lipat.
Aku tidak mengerti mengapa semua perasaan ini hanya tertuju pada dia.
Pagi ini, seperti biasa aku selalu menunggunya di pintu masuk bus.
Beruntung aku duduk dekat dengan pintu masuk bus.
Jadi…
Ada atau tidaknya dia, aku bisa tahu.
Perjalanan pun di lanjutkan pada halte selanjutnya.
Aku merasa lebih semangat dari hari-hari kemarin, dan aku menyadari bahwa itu adalah cinta.
Kau tidak akan pernah mengerti bagaimana cinta datang. Tapi inilah yang dinamakan cinta.
Bis sudah sampai pada halte selanjutnya. Halte dimana dia naik bis.
Jantung ku lagi-lagi tidak karuan
Dan akhirnya yang ditunggu pun datang.
Dia, datang.
Perjalanan bis ini serasa begitu indah, sampai aku tidak bisa untuk tidur. Aku mengerti dengan perasaan ini.
Bahkan pada hati ini.
Aku begitu takut dengan perasaan ini.
—
Tiap kali saat di kantor terlintas di benak ku tentang dia.
Apakah dia juga memiliki perasaan yang sama?
Ataukah..
Sore ini, adalah yang paling ditunggu. Karena sore ini adalah waktu jam pulang kantor.
Aku merasa sangat bahagia.
Dia masih disana.
Dan aku begitu tenang meski kita tidak duduk bersama.
Perjalanan yang melelahkan sekaligus menyenangkan.
Awan-awan juga terlihat begitu indah.
Semoga aku selalu bisa melihatnya.
Saatnya turun…
Aku berharap aku bisa melihat wajah itu.
Aku mulai bergerak dan bangun dari tempat duduk ku.
Aku melihat dia, tapi wajahnya tidak seperti biasanya.
Dia terlihat…
Murung.
Kenapa?
—
Yeeeeee. Ketemu pagi lagi. Aku berharap aku bisa melihat wajahnya lagi.
Aku begitu bahagia hari ini.
Seperti biasa. Aku selalu duduk di dekat pintu masuk hehe
Agar bisa melihat dia.
1 menit lagi sampai halte dimana dia naik. Ahh jantungku lagi-lagi…
Ahh. Aku masih bisa melihatnya. Dengan mataku.
Dan dia pun melihatku.
Dia duduk di tempat sebelah ku? Dipinggir?
Ahh… Aku bahkan bisa melihatnya begitu dekat dan seperti biasa aku tidak bisa tidur.
Tapi… Dia bisa tidur Haha.
Yasudah, dengan begini aku bisa melihatnya lebih lama.
Eh tiba-tiba bapak koordinator bus menyapa dia dan membicarakan sesuatu. Tapi apa?
Berhubung Bu Desi duduk didepan ku dan bersebelahan dengan bapak koordinator, jadi aku bisa tau apa yang mereka bicarakan.
Sepulang nanti aku ingin menanyakan pada Bu Des!
—
Soree lagiiii. Yeee pulangggggg!
Aku harus menanyakan hal tadi pagi dan apa yang mereka bicarakan.
Haha
Oca: Ibu Des, ibu Des.. tau nggak..
Ibu Desi: eh oca tau ngga, si itu bakalan ngekost. Tadi dengan ibu Desi pembicaraan bapak koordinator bus sama si itu.
Oca: apa?
Rasanya aku begitu sedih mendengar hal itu. Dia tidak naik bus dan memilih untuk nge-kost?
Kenapa..
Apa dia terlalu lelah karena bekerja seharian dan selalu pulang telat?
Memang sih.. terkadang aku jarang melihat dia naik bus pada waktu jemputan sore.
Tapi..
Tetap aku begitu sedih.
Aku tidak bisa melihat matanya lagi.
Oh Tuhan. Jika memang itu pilihannya. Berikan yang terbaik untuknya. Dan jaga dia.
—
Pagi ini. Aku sudah yakin dia tidak akan menaiki bus lagi.
Aku baru 1 bulan merasakan perasaan ini, tapi sudah seperti 1 tahun.
Tapi aku selalu berharap jika dia akan menaiki bus walaupun itu hanya sekali.
Agar aku bisa melihat matanya.
Dan bahagia seperti kemarin.
End.
Baca Juga:Kisah Dari Judul Dari Mata
(Yosa)