Uncategorized

Kembalinya Mental Anak-anak Pidie Jaya

google.com, pub-5445025501323118, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Komeringonline.com, Pidie Jaya: Gempa 6,5 Skala Richter telah mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Propinsi Aceh, 7 Desember 2016 lalu. Kini, kondisi daerah tersebut berangsur pulih. Pun dengan kondisi anak-anak di daerah terdampak gempa, juga sudah kembali normal.

Kegiatan Ruang Ramah Anak (Child Friendly Space) di Pidie Jaya, pascagempa, ternyata efektif membantu pemulihan mental anak-anak.

Sekarang anak-anak di sana bisa dikatakan sudah kembali pada kondisi normal. Setidaknya hal itu bisa dilihat dari aktivitas belajar-mengajar di sekolah, yang sudah kembali seperti sebelum gempa terjadi.

“Dukungan psikososial yang dilakukan berbagai organisasi dan NGO, seperti Plan International mempunyai andil dalam mempercepat pemulihan mental anak-anak di Pidie Jaya. Hari ini kita bisa saksikan sendiri ribuan anak berkumpul dan tampil ceria di sini, dengan menunjukkan performa terbaiknya,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie Jaya Syaiful, saat membuka acara Pesta Anak, di Lapangan Sepak Bola Trienggadeng, Pidie Jaya, Ahad 12 Maret kemarin.

Dua anak di Pidie Jaya saat menampilkan kesenian di acara Pesta Anak di depan para undangan. Kabupaten Pidie Jaya diguncang gempa 6,5 SR 7 Desember 2016 lalu.

Perayaan Pesta Anak tersebut merupakan puncak dari kegiatan dukungan psikososial untuk memulihkan mental anak-anak paskagempa 6,5 SR, sekaligus menandai berakhirnya kegiatan PIJAR (Pidie Jaya Earthquake Emergency Response) Project, yang dilakukan Plan International bersama Cipta Fondasi Komunitas (CFK) selama tiga bulan terakhir.

Kegiatan PIJAR Project meliputi pendistribusian paket tenda darurat untuk 1.500 Kepala Keluarga pada masa tanggap darurat, serta kegiatan pemulihan mental anak-anak pada masa transisi di enam desa yang tersebar di empat kecamatan di Pidie Jaya.

Pemulihan mental anak-anak dilakukan melalui aktivitas Ruang Ramah Anak (RRA), yang diadakan dua kali sepekan di setiap desa yang diintervensi.

“Masyarakat jadi ujung tombak kegiatan RRA, sebagai sebagai kader dan fasilitator muda. Dengan demikian, hubungan emosional antara fasilitator dan anak-anak mudah terbangun,” kata Wahyu Kuncoro, Disaster Risk Management Program Manager, Plan International Indonesia.

Tim PIJAR Project juga melatih 72 kader dan fasilitator dari enam desa yang diintervensi, yaitu Desa Meunasah Lhok, di Kecamatan Meureudu, Desa Buangan dan Meunasah Jurong di Kecamatan Meurah Dua, Desa Sagoe dan Teumanah di Kecamatan Trienggadeng, serta Kecamatan Blang Sukon di Kecamatan Bandar Baru.

Menurut Bukhari, fasilitator Desa Buangan, anak-anak sangat antusias berkumpul untuk belajar dan bermain di Ruang Ramah Anak. Apalagi di RRA tersedia beragam alat peraga edukatif dan perlengkapan bermain, yang disesuaikan dengan kelompok usia mereka.

 

sumber metro

Facebook Comments

Related Articles

14 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Back to top button