Kesehatan & WanitaPeristiwa

Para Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Tidak Sesumbar Perihal Vaksin Corona

google.com, pub-5445025501323118, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Komline, Jakarta– Belum lama ini, Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir menyatakan bahwa pemerintah tengah mempersiapkan produksi vaksin covid-19 lewat BUMN farmasi, yakni PT Bio Farma (Persero). Ia berjanji pemerintah siap memproduksi sebanyak 250 juta dosis vaksin pada akhir tahun ini.

Dengan berbagai tantangan yang ada, ia menyanggupi untuk mulai menyuntikkan vaksin kepada 30 juta hingga 40 juta orang pada Januari-Februari 2021 dengan syarat seluruh komponen pemerintah seperti TNI/Polri, lintas kementerian, dan pemerintah daerah turut berperan aktif membantu. Ia mengungkapkan, “Kami memastikan bahwa kalau ini benar semua, Januari-Februari bisa mulai menyuntikkan sampai kurang lebih 30 juta – 40 juta vaksin,”

Disamping itu, sejumlah ahli memperingatkan mengenai bahaya di balik euforia produksi vaksin virus corona yang disampaikan pemerintah. Mereka khawatir, dengan pernyataan-pernyataan yang diungkapkan pemerintah perihal vaksin corona yang masih dalam tahap uji coba tersebut, justru membuat masyarakat lalai dan tidak mematuhi protokol kesehatan.

Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, seorang ahli biologi molekuler, mengungkapkan bahwa selama masa uji coba vaksin, tidak ada jaminan berhasil memberikan proteksi terhadap virus corona.

Sependapat dengan Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Hermawan Saputra juga mengimbau pemerintah berhati-hati saat memberikan pernyataan. “Optimisme pejabat tidak perlu disampaikan secara vulgar di depan publik karena bisa menjadi bumerang,” kata Hermawan dalam diskusi daring Polemik MNC Trijaya Network.

Selain itu, Dicky Budiman seorang Epidemiologi dari Universitas Griffith, mengungkapkan bahwa vaksin yang diuji tidak ada garansi memiliki keberhasilan. Terlebih, teknologi yang dipakai dalam pembuatan vaksin ini adalah cara paling sederhana, yaitu dengan melemahkan virus.

Dicky pun mengungkapkan bahwa sebuah metode justru memiliki efek samping yang relatif tinggi dibandingkan dengan jenis pembuatan vaksin yang lain. Karenanya, dibutuhkan proses uji klinis yang lama serta sampel dalam jumlah banyak. Berdasarkan tren dan fakta ilmiah terakhir, ia pun menyimpulkan bahwa tidak ada solusi tunggal dan cepat untuk mengatasi pandemi. Bahkan, ia mengestimasikan efektivitas vaksin masih berada di bawah 80%. Oleh sebab itu, ia menghimbau semua pihak harus terus melakukan pembatasan sosial, pembatasan fisik, pelacakan, hingga isolasi. (kaem)

 

Facebook Comments

Related Articles

Back to top button