Olah Raga

Ketika Timnas Malaysia Termakan Senjata Andalan Sendiri

google.com, pub-5445025501323118, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Komeringonline.com – Umpan-umpan dari sebuah bola mati timnas Malaysia U-22 yang selalu menjadi andalan tim Harimau Muda di SEA Games 2017.

Timnas Indonesia pun pernah merasakannya. Akibat gol sundulan Thanabalan Nadaraja pada menit ke-86 memanfaatkan sepak pojok, langkah Garuda Muda terhenti di semifinal SEA Games 2017.

Tim-tim lain pun mengakui, Harimau Muda memang berbahaya dalam umpan-umpan bola mati seperti sepak pojok dan tendangan bebas.

Umpan-umpan lambung para pemain seolah memanjakan striker tinggi menjulang Malaysia, Thanabalan Nadarajah. Bomber Malaysia itu pun menjadi pencetak gol terbanyak, bersanding dengan Aung Thu, dengan koleksi empat gol di SEA Games 2017.

Euforia Malaysia rupanya tak sampai di final. Mereka harus merelakan medali emas diboyong tim bermental baja, Thailand.

Skuat arahan Ong Kim Swee harus mengakui keunggulan Thailand dengan skor 1-0 saja. Sungguh menyakitkan, seperti saat mereka menyingkirkan Timnas Indonesia di semifinal dengan skor yang sama.

Ironisnya, Malaysia ‘terbunuh’ oleh senjata yang selama fase grup hingga semifinal menjadi andalan para ‘laskar’ Harimau Muda itu.

Ya, Malaysia kebobolan akibat blunder kiper mereka, Haziq Nadzli, yang melakukan gol bunuh diri pada menit ke-38.

Proses gol bermula dari umpan bola mati Thailand. Nadzli mencoba meninju sepak pojok Sasalak Haiprakhon dengan tangan kirinya.

Upaya yang justru berujung nahas bagi Harimau Muda, karena tinju tangan kiri Nadzli malah membuat bola bersarang ke gawangnya sendiri.

Jelas sebuah blunder besar yang dilakukan Nadzli, karena ia nekat meninju bola dengan hanya satu tangan dalam situasi pertandingan penting.

Sebaliknya, Thailand tetap memberikan tekanan ke pertahanan Malaysia sembari mengawasi gerak-gerik bek dan gelandang lawannya itu memberikan umpan jauh ke striker mereka.Dalam situasi hujan, kondisi bola yang licin bisa melejit tak tentu arah jika hanya ditinju dengan satu tangan.

Situasinya memang sulit karena ia berduel udara dengan penyerang Thailand di depannya. Namun, bisa jadi bola akan lebih aman apabila hanya ditepis menggunakan telapak tangan ke arah depan. Kesalahan fatal Nadzli jadi keuntungan bagi skuat Gajah Perang.

Namun, bukan keberuntungan semata yang menaungi Thailand. Kecermatan sang pelatih, Worrawoot Srimaka, dalam memanfaatkan kondisi lapangan licin dan potensi blunder bagi kedua tim, membuahkan hasil manis.

Bukan hanya pihak Thailand, Worrawoot tahu Malaysia juga bakal kesulitan jika mendapat situasi bola-bola mati di dekat gawang.

Instruksinya jelas, para pemain Thailand harus memperkuat pertahanan dari lini tengah. Seolah tak ingin mengulangi kesalahan Timnas Indonesia, para pemain Gajah Perang menghindari situasi bola tendangan bebas dan sepak pojok di pertahanan sendiri.

Caranya dengan meminimalkan pelanggaran di pertahanan sendiri, serta tak terlalu membabi-buta membuang bola sehingga hasilkan sepak pojok.

Thailand paham betul, Malaysia bukan tim bagus dalam melancarkan skema serangan dari situasi-situasi permainan hidup.

Benar saja, situasinya berkebalikan. Malaysia yang biasa mendapat keuntungan dari umpan-umpan set piece, justru kerepotan ketika beberapa kali pasukan Gajah Perang melakukan umpan-umpan bola mati. Ditambah lagi situasinya yang diguyur hujan bikin antisipasi semakin sulit.

Alhasil, gawang Malaysia kebobolan melalui umpan sepak pojok Haiprakhon yang mencoba ditinju Nadzli.

Thailand seolah telah membalaskan sakit hati kekalahan Indonesia atas Malaysia melalui umpan bola mati.

Facebook Comments

Related Articles

Back to top button